Rabu, 28 November 2012

   Ditemukan Planet Baru yang         Diperkirakan Layak Huni

Headline

INILAH.COM, London - Sekelompok astronom dikabarkan menemukan planet baru yang mempunyai udara seperti Bumi dan diperkirakan dapat ditempati manusia. Seperti apa?
Tim ahli astronomi Inggris dan Jerman itu awalnya mengklaim telah menemukan tiga planet baru yang mengorbit di bintang yang berjarak 44 tahun cahaya. Namun setelah diteliti lebih lanjut, hanya satu dari planet itu yang berada di Zona Goldilocks, yang merupakan rangkaian di sekitar matahari yang suhu tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin bagi keberadaan air.
"Planet bernama HD 40307 adalah bintang kerdil tua yang sangat tenang, sehingga tak ada alasan mengapa planet semacam itu tak bisa berisi iklim seperti di Bumi," ujar Guillem Angla-Escude, seorang astronom dari Universitas Goettingen, Jerman, seperti dikutip dari Reuters.
Angla-Escude yang memimpin penelitian ini bersama Mikko Tuomi dari Universitas Hertfordshire, Inggris, menyebutkan bahwa planet baru itu memiliki massa sedikitnya tujuh kali massa Bumi, tapi mengorbit dalam jarak yang sama dari matahari. Artinya planet tersebut menerima resapan energi matahari sama seperti yang diperoleh Bumi.
Salah satu anggota tim peneliti dari Universitas Hertfordshire, Hugh Jones, juga mengatakan bahwa Planet HD 40307 adalah planet yang kondisinya paling mendekati Bumi dalam hal zona yang bisa dihuni.
"Planet ini berada di orbit yang bisa dibandingkan dengan yang ada di Bumi, sehingga meningkatkan kemungkinan planet tersebut bisa ditinggali," tambahnya.
Para astronom yang menemukan planet itu mengungkapkan temuan mereka di jurnalAstronomy & Astrophysics berdasarkan kajian data spektrograf HARPS yang dipasang pada teleskop European Southern Obersevatory di La Silla, Gurun Atacam di Chile.
Alat HARPS mampu mengambil gambar perubahan kecil dalam warna cahaya yang datang dari bintang tuan rumah saat cahaya tersebut bergoyang di bawah pengaruh daya-tarik planet yang mengorbit. Tim tersebut menggunakan teknik baru untuk menyaring sinyal yang disebabkan oleh bintang tuan rumah itu sendiri.
“Ini secara mencolok meningkatkan kepekaan kami dan memungkinkan kami mengungkapkan tiga planet baru di sekitar bintang tersebut,” kata Mikko Tuomi.
Sejak pertama kali dideteksi pada awal 1990-an, sudah lebih dari 800 planet telah ditemukan di luar sistem Galaksi Bima Sakti. Namun hanya segelintir planet yang telah berada di wilayah yang dianggap layak huni. [mor]
Astronom Temukan Planet Baru yang Berpotensi Dihuni
  LONDON -- Satu tim ahli astronomi Inggris-Jerman telah menemukan satu planet baru yang berpontensi dihuni manusia. Planet tersebut mengorbit di dekat Mataharinya dan diperkirakan memiliki iklim mirip Bumi sehingga dapat menunjang kehidupan.
Tim tersebut sesungguhnya menemukan tiga planet baru yang mengorbit bintang yang berjarak 44 tahun cahaya. Tapi hanya satu dari planet itu berada di wilayah yang disebut Zona Goldilocks, rangkaian di sekitar Matahari, tempat temperatur tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin bagi kehadiran air cair.
"Bintang HD 40307 adalah bintang kerdil tua yang sangat tenang, sehingga tak ada alasan mengapa planet semacam itu tak bisa berisi iklim seperti di Bumi," kata Guillem Angla-Escude dari University of Goettingen, Jerman. Ia memimpin penelitian tersebut bersama Mikko Tuomi di University of Hertfordshire di Inggris.
Planet itu memiliki massa sedikitnya tujuh kali massa Bumi, tapi mengorbit dalam jarak yang sama dari Mataharinya, yang berarti planet tersebut menerima jumlah energi Matahari seperti yang diperoleh Bumi.
Lebih dari 800 planet telah ditemukan di luar sistem Galaksi Bima Sakti sejak pertama kali dideteksi pada awal 1990-an. Namun hanya segelintir planet telah berada di wilayah yang bisa dihuni.
Bahkan yang lebih langka adalah beberapa planet di zona yang berputar, seperti yang satu ini, untuk menciptakan waktu siang dan waktu malam --sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya lingkungan seperti di Bumi. Planet yang tidak berputar dikatakan sebagai terikat pasang-surut, dan satu setengahnya berada dalam kegelapan terus-menerus.
"Ini adalah planet yang paling mendekati Bumi dalam hal zona yang bisa dihuni yang tidak terikat pasang-surut," kata ahli astronomi dari University of Hertfordshire Hugh Jones kepada Reuters -- yang dipantau Kamis (8/11).
    Sejumlah 11 tata surya baru yang memiliki jumlah total 26 planet ditemukan. Penemuan dideskripsikan di empat karya tulis berbeda di Astrophysical Journal dan Monthly Notice of the Royal Astronomical Society bulan ini.

Penemuan bisa dilakukan berkat jasa wahana antariksa Kepler. Dengan penemuan ini, Kepler telah mengonfirmasi 61 planet dan menemukan 2.300 kandidat planet. Penemuan sekaligus menegaskan bahwa Bimasakti dipadati tata surya dan planet.

Tata surya yang berhasil ditemukan disebut Kepler 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, dan 33. Tiap-tiap tata surya punya dua sampai lima planet. Jarak planet dengan bintang di tiap tata surya relatif dekat dengan waktu orbit berkisar dari 6-143 hari. 

Lima tata surya (Kepler 25, 27, 30, 31, dan 33) punya dua planet. Satu kali revolusi planet terluar sama dengan dua kali revolusi planet terdalam. Empat tata surya lain (Kepler 23, 24, 28, 32) punya dua planet. Planet terluar mengorbit bintang dengan waktu tiga kali lebih lama dari planet terdalam. 

Tata surya yang memiliki planet terbanyak adalah Kepler 33. Bintang pada tata surya ini lebih tua dan masif dibandingkan Matahari serta memiliki planet yang jarak orbitnya relatif dekat.

Ukuran planet yang terdapat di 11 tata surya tersebut bervariasi, antara seukuran Bumi hingga lebih besar dari Jupiter. Namun, masih harus diteliti lagi apakah planet tersebut merupakan planet batuan seperti Bumi dan memiliki atmosfer.

Tata surya dan planet ditemukan dengan metode planet transit, yakni melihat kedipan cahaya bintang akibat adanya planet yang lewat di mukanya. Verifikasi planet dilakukan dengan teknik variasi waktu transit. 

Sejumlah peneliti yang terlibat penemuan ini adalah Eric Ford dari Universitas Florida, Dan Fabrycky dari Universitas California, Jason Steffen dari Fermilab Center for Particle Astrophysics, dan Jack Lissauer dari NASA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar